About me

Tuesday, April 25, 2023

PENTINGNYA PERAN ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN ANAK

Keluarga/ orangtua berfungsi untuk memastikan bahwa anaknya sehat dan aman, memberikan sarana dan prasana untuk mengembangkan kemampuan sebagai bekal di kehidupan sosial, serta sebagai media dalam menanamkan nilai sosial dan budaya sedini mungkin. Orangtua memberikan kasih sayang, penerimaan, penghargaan, pengakuan, dan arahan kepada anaknya.

Hubungan antara orangtua dan anak sangat penting untuk membangun kepercayaan terhadap orang lain dan diri sendiri. Selain itu juga dapat membantu perkembangan sosial, emosional, dan kognitif pada anak. Penelitian menyebutkan bahwa hubungan antara orangtua dan anak yang hangat, terbuka, dan komunikatif; terdapat batas yang wajar antar usia; menyampaikan alasan terkait hal-hal yang tidak boleh dilakukan anak, akan meningkatkan rasa percaya diri dan juga performa di sekolah maupun lingkungan masyarakat. Selain itu anak akan lebih terhindar dari hal-hal negatif seperti, depresi dan penggunaan narkoba.

Budaya, kepercayaan, tradisi, dan nilai yang dianut dalam suatu keluarga juga mempengaruhi tumbuh kembang anak. Dalam suatu penelitian yang dilakukan pada orangtua Cina-Amerika menyebutkan bahwa para orang tua memiliki cukup andil dalam mengatur tingkah laku anaknya, sehingga masalah terkait penyimpangan perilaku pada anak jarang dijumpai.

Pada masa remaja-dewasa muda, orangtua memiliki tugas dan peran baru seiring dengan berubahnya kebutuhan anak pada masa ini. Perubahan yang terjadi pada masa ini adalah perubahan secara fisik, kognitif, dan juga sosial. Anak akan mulai melepaskan diri dari ketergantungan pada keluarga dan mulai fokus pada kehidupan sosial di luar rumah. Tantangan bagi orangtua adalah bagaimana harus menyeimbangkan antara mempertahankan ikatan dalam keluarga dan meningkatkan otonomi anak seiring dengan bertambahnya usia dan pendewasaan pada anak. Dalam suatu penelitian disebutkan bahwa orangtua yang tetap mempertahankan komunikasi yang baik dan hangat memiliki anak dengan luaran lebih baik dalam kehidupan sosialnya, tidak menggunakan narkoba, mengalami gangguan cemas dan depresi yang lebih sedikit daripada anak dengan orangtua yang tidak menjaga komunikasi pada masa remaja-dewasa muda.

Keberhasilan tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga hingga masyarakat luas. Peran keluarga utamanya orangtua sangat penting dalam membentuk lingkungan keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang, dan pengertian. Mengapa peran keluarga utamanya orangtua sangat penting? Lingkungan paparan pertama dan tersering bagi anak-anak adalah keluarga. Pembentukan karakter dan proses tumbuh kembang pertama kali dimulai dari sini. Anak-anak harus dipersiapkan sedini mungkin untuk menjadi penentu kehidupannya nanti. Harus dipersiapkan untuk bisa membuat keputusan sendiri dan tumbuh menjadi pribadi yang kompeten di masyarakat. Proses ini dapat didapatkan sedini mungkin tergantung pada lingkungan tempat tinggal anak dibesarkan.

Kondisi yang optimal di rumah, pemenuhan nutrisi yang cukup, dan interaksi antar orangtua maupun dengan anak sangat mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak.   Orangtua bertanggungjawab untuk menyediakan lingkungan yang aman, memantau aktivitas anak, membantu mengembangkan emosi sosial dan kognitif, serta menyediakan arahan dan panduan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menyediakan lingkungan rumah yang aman dan kondusif, anak akan senang bermain, mengeksplorasi hingga menemukan berbagai hal baru yang dapat meningkatkan level perkembangan kognitif, sosial, dan emosional. Harapannya kelak dapat menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan produktif.


Pada Family and community practice that promote child survival, growth and development terdapat 12 hal yang perlu diperhatikan dalam upaya mengoptimalkan tumbuh kembang anak:

  1. Imunisasi
  2. Pemberian ASI
  3. Makanan pelengkap selain ASI
  4. Micronutrients
  5. Kebersihan
  6. Treated bednets
  7. Asupan makanan dan minuman
  8. Perawatan di rumah
  9. Care-seeking
  10. Adherence
  11. Stimulation
  12. Antenatal care

APA ITU ADHD ?

 Attention deficit hyperactivity disorder atau biasa dikenal dengan ADHD adalah kondisi ketika terjadinya gangguan perkembangan saraf yang berpengaruh pada motorik (gerakan) seseorang.

 

ADHD adalah gangguan mental yang kerap kali dialami oleh anak-anak.

 

Biasanya, tanda seseorang mengalami ADHD adalah sulit fokus atau memusatkan perhatian, impulsif, serta hiperaktif.

 

Gangguan ADHD ini dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:

 

  1. Dominan inatentif: pengidap ADHD kelompok ini akan kesulitan untuk fokus dan memusatkan perhatiannya terhadap satu hal.
  2. Dominan hiperaktif-impulsif: pengidap ADHD kelompok ini akan bertindak hiperaktif dan impulsif (berbuat tanpa memikirkan dampaknya).
  3. Kombinasi inatentif dan hiperaktif-impulsif: merupakan gabungan dari dua kelompok ADHD lainnya.

 

Penyebab ADHD

 

Hingga kini, penyebab ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder belum diketahui secara pasti.

 

Walau begitu, ada beberapa faktor risiko yang bisa memicu terjadinya ADHD. faktor risiko dari ADHD adalah sebagai berikut:

 

  • Faktor genetik
  • Cedera otak
  • Kelahiran prematur
  • Berat badan bayi baru lahir yang rendah
  • Paparan zat kimia, seperti timah, ketika sang ibu dalam masa kehamilan
  • Kebiasaan merokok serta mengonsumsi alkohol berlebih ketika sang ibu dalam masa kehamilan
  • Kurangnya perhatian orang tua

 

Baca juga: Kenali Gejala dan Ragam Jenis Gangguan Makan (Eating Disorders)

 

Gejala ADHD

 

Secara umum, gejala ADHD adalah tindakan impulsif, hiperaktif, serta sulit fokus.

 

Tindakan impulsif yang termasuk ke dalam gejala ADHD ini juga hampir mirip dengan gangguan OCD.

 

Di samping itu, gejala ADHD juga dapat dibedakan berdasarkan kelompoknya. Adapun penjelasan lengkap dari gejala ADHD adalah sebagai berikut:

 

1. Dominan Inatentif

 

Berikut beberapa gejala dari ADHD dominan inatentif yang dapat dialami oleh penderitanya:

 

  • Kesulitan dalam memerhatikan hal detail, seperti tidak bisa fokus saat sedang belajar di sekolah maupun mengerjakan tugas.
  • Kesulitan untuk fokus terhadap percakapan serta membaca bacaan panjang.
  • Mudah terganggu saat sedang mendengarkan seseorang berbicara.

 

2. Dominan Hiperaktif-Impulsif

 

Gejala dari ADHD dominan hiperaktif-impulsif adalah sebagai berikut:

 

  • Mudah gelisah
  • Sulit untuk duduk diam dalam kurun waktu lama
  • Berlarian di tempat dan kondisi yang tidak seharusnya
  • Terlalu banyak berbicara dan sering kali menginterupsi atau memotong pembicaraan seseorang
  • Kesulitan untuk menunggu gilirannya, seperti saat sedang mengantri
  • Mudah merasa bosan
  • Mudah merasa marah

 

3. Kombinasi Inatentif dan Hiperaktif-Impulsif

 

Gejala ADHD kombinasi inatentif dan hiperaktif-impulsif merupakan gabungan dari dua kelompok lainnya. Pengidap akan kesulitan fokus serta bertindak hiperaktif dan impulsif.

 

Baca juga: Mengenal Gangguan Cemas dan Cara Menanganinya

 

Diagnosis ADHD 

 

Diagnosis ADHD dilakukan oleh dokter melalui beberapa tahap. Adapun tahapan dari diagnosis ADHD adalah sebagai berikut:

 

  • Wawancara medis. Dokter akan mencari tahu riwayat penyakit (baik penyakit turunan ataupun tidak), masalah psikologis, serta kegiatan dan catatan sekolah pengidap ADHD. Wawancara medis ini bisa dilakukan kepada pengidap maupun orang-orang di sekitarnya.
  • Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik ini bertujuan untuk memeriksa kondisi kesehatan pengidap secara menyeluruh.
  • Tes kuesioner, dapat berupa gambar maupun pertanyaan psikologis.

 

Penanganan untuk Pengidap ADHD

 

Sampai saat ini, ADHD adalah gangguan mental yang belum bisa disembuhkan secara total.

 

Akan tetapi, ada beberapa penanganan yang bisa dilakukan untuk membantu pengidap ADHD agar bisa menyesuaikan kondisinya dengan rutinitas sehari-hari.

 

Langkah penanganan untuk pengidap ADHD adalah sebagai berikut:

 

  • Obat penenang yang diresepkan oleh dokter. Cara ini dilakukan untuk membantu pengidap ADHD agar dapat mengurangi perilaku hiperaktif dan impulsifnya.
  • Terapi CBT, yaitu psikoterapi untuk membantu pengidap ADHD agar dapat mengubah perilaku serta pola pikirnya menjadi lebih positif ketika menghadapi masalah di dalam kehidupannya.
  • Menerapkan metode pengasuhan yang tepat untuk anak pengidap ADHD. Misalnya, orang tua dapat membuat jadwal rutinitas serta memberikan arahan yang jelas. Orang tua juga dapat memberikan contoh untuk berperilaku tenang.

 

Demikian informasi seputar ADHD yang dapat disampaikan. Kesimpulannya, ADHD adalah gangguan mental yang bisa memengaruhi aktivitas anak setiap harinya.

 

Maka dari itu, anak yang menderita ADHD haruslah ditangani secara tepat baik dari pola asuh orang tua maupun melalui bantuan profesional.


MIRIS !!! INILAH HASIL SURVEI KESEHATAN MENTAL REMAJA DI INDONESIA

 Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), survei kesehatan mental nasional pertama yang mengukur angka kejadian gangguan mental pada remaja 10 – 17 tahun di Indonesia, menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. 

Angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja. Remaja dalam kelompok ini adalah remaja yang terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai dengan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5) yang menjadi panduan penegakan diagnosis gangguan mental di Indonesia.

“Remaja dengan gangguan mental mengalami gangguan atau kesulitan dalam melakukan kesehariannya yang disebabkan oleh gejala gangguan mental yang ia miliki,” terang Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, M.Sc., Sc.D., Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM yang merupakan peneliti utama I-NAMHS.

Diseminasi hasil penelitian ini dilakukan Kamis (20/10) di Hotel Grand Melia Jakarta Selatan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa gangguan mental yang paling banyak diderita oleh remaja adalah gangguan cemas (gabungan antara fobia sosial dan gangguan cemas menyeluruh) sebesar 3,7%, diikuti oleh gangguan depresi mayor (1,0%), gangguan perilaku (0,9%), serta gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) masing-masing sebesar 0,5%.  

Meskipun pemerintah sudah meningkatkan akses ke pelbagai fasilitas kesehatan, hanya sedikit remaja yang mencari bantuan profesional untuk masalah kesehatan mental mereka. Padahal, hampir 20% dari total penduduk Indonesia berada dalam rentang usia 10 – 19 tahun, sehingga populasi remaja dapat dikatakan memiliki peran penting bagi perkembangan Indonesia, terutama untuk meraih bonus demografi dan merealisasikan visi Indonesia Emas 2024.

“Hanya 2,6% dari remaja yang memiliki masalah kesehatan mental menggunakan fasilitas kesehatan mental atau konseling untuk membantu mereka mengatasi masalah emosi dan perilaku mereka dalam 12 bulan terakhir. Angka tersebut masih sangat kecil dibandingkan jumlah remaja yang sebenarnya membutuhkan bantuan dalam mengatasi permasalahan mental mereka,” papar Siswanto.

I-NAMHS juga mengumpulkan data mengenai pengaruh kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pembatasan kontak sosial selama pandemi COVID-19 terhadap kesehatan mental remaja. Sebanyak 1 dari 20 remaja melaporkan merasa lebih depresi, lebih cemas, lebih merasa kesepian, dan lebih sulit untuk berkonsentrasi dibandingkan dengan sebelum pandemi COVID-19.

Temuan lain dari I-NAMHS adalah bahwa kebanyakan (38.2%) pengasuh remaja memilih untuk mengakses layanan kesehatan mental dari sekolah untuk remaja mereka. Di sisi lain, dari semua pengasuh utama yang menyatakan bahwa remaja mereka membutuhkan bantuan, lebih dari dua perlima (43.8%) melaporkan bahwa mereka tidak mencari bantuan karena lebih memilih untuk menangani sendiri masalah tersebut atau dengan dukungan dari keluarga dan teman-teman.

I-NAMHS merupakan bagian dari National Adolescent Mental Health Survey yang juga diselenggarakan di Kenya dan Vietnam. Penelitian ini dikerjakan melalui kerja sama antara Universitas Gadjah Mada, University of Queensland Australia, Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health Amerika Serikat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Universitas Sumatera Utara, dan Universitas Hasanuddin.

I-NAMHS berfokus untuk menghitung beban penyakit atau prevalensi enam gangguan mental yang paling umum di antara remaja, yaitu fobia sosial, gangguan cemas menyeluruh, gangguan depresi mayor, gangguan perilaku, gangguan stres pasca trauma (PTSD), dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD). I-NAMHS juga mengidentifikasi faktor risiko dan pelindung yang berhubungan dengan gangguan mental remaja seperti perundungan, sekolah dan pendidikan, hubungan teman sebaya dan keluarga, perilaku seks, penggunaan zat, pengalaman masa kecil yang traumatis, dan penggunaan fasilitas kesehatan. 

Berikut hasil survei masalah psikologis saat pandemi :





PENTINGNYA "MELEK" KESEHATAN MENTAL

 Kesehatan mental bagi kebanyakan orang menjadi hal tabu untuk dibicarakan. Pasalnya, gangguan mental bisa terjadi pada setiap orang yang biasanya dirundung masalah seperti tekanan pekerjaan, pelecehan seksual hingga bullying. Beberapa orang cenderung menutupi kegelisahannya yang terkadang bisa menganggu kesehatan mental seseorang. Dalam kasus seperti ini, peran psikolog dapat menjadi profesi yang mampu menjadi tempat bagi seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental dalam menemukan solusi kegelisahannya.

Disampaikan Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik & Riset UII, Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc., bahwa seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi peran psikolog di masyarakat saat ini memiliki posisi yang cukup penting. Dimana, psikolog dapat menjadi tempat mencurahkan berbagai macam permasalahan yang tengah di alami seseorang.

“Peran psikolog dalam membantu seseorang mengatasi masalah yang terkadang menganggu kesehatan mentalnya cukup penting yang dengan kompetensi yang dimiliki dapat memberikan masukan atau sekedar menjadi tempat untuk bercerita,” ungkap Imam Djati di depan wisudawan magister psikologi profesi periode ke-46 di Auditorium FPSB UII, Sabtu (26/10).

Imam Djati juga menyampaikan beberapa pesan kepada para wisudawan. Di antaranya, ia berharap para wisudawan terus meningkatkan kompetensi dan keahliannya berdasarkan keilmuannya. Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan saat ini, menjadi individu yang mampu beradaptasi dan belajar adalah menjadi nilai lebih

Ia juga mengingatkan agar para psikolog hendaknya juga selalu berpegang teguh pada kode etik profesi psikolog yang berisi aturan-aturan serta norma-norma yang dikeluarkan oleh organisasi profesi termasuk norma hukum. Selain itu, ia juga menggarisbawahi pentingnya para wisudawan untuk selalu berpegang pada nilai-nilai Islam.

“Sebagai seorang yang telah disumpah harus benar-benar memperhatikan kode etik profesi. Karena kode etik ini melekat pada diri kita dan sebuah sumpah yang bukan hanya dengan sesama manusia namun juga kepada Allah SWT,” tuturnya.

Sementara itu, Drs. Helly Prajitno Soetjipto, MA selaku ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) DIY lebih menekankan pada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh para wisudawan. “Yang pertama dengan diadakannya sumpah profesi menyadarkan kita bahwa akhlak merupakan sesuatu yang utama. Kemudian yang kedua, bahwa adab yang telah diatur di dalamnya tidak kalah penting sebagai insan yang berprofesi di bidang psikologi,” pesannya pada 7 wisudawan Magister Profesi Psikologi UII.

Selanjutnya, ia mengatakan bahwa para wisudawan saat ini beruntung karena memiliki kesempatan untuk langsung memiliki surat izin praktek setelah kelulusan yang dapat digunakan membuka praktek dan berlaku selama 2 tahun. Harapannya, surat izin tersebut dapat digunakan untuk sebaik-baiknya ke depan seperti dengan mencari relasi kerja dan pengalaman baik di instansi kesehatan atau membuka praktek secara mandiri.


Monday, April 24, 2023

CARA MENGONTROL EMOSI YANG BAIK DAN BENAR

 Apa yang kita lakukan saat sedang marah?

Mengurung diri di kamar?

Melampiaskan pada orang di sekitar kita?

Atau merusak barang-barang yang ada di sekitar kita?

Marah memang wajar dialami oleh setiap orang, namun cara mengontrol amarah atau emosi yang berlebihan dapat berbeda antar individu.

Agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain disekitar, perlu sekali untuk dapat mengontrol atau mengelola emosi dengan baik.

Berikut cara-cara yang umum dilakukan agar dapat mengontrol emosi saat marah meledak.

1.    Tenangkan Diri

Duduklah dan berlatih tarik nafas dalam. Tarik nafas menggunakan diafragma, tahan selama 3 detik dan hembuskan, lakukan berulang.

Walaupun menarik nafas dalam tidak dapat meredakan emosi namun setidaknya pikiran akan menjadi lebih tenang dan dalam keaadaan seperti ini keputusan selanjutnya akan lebih tepat dan  bijaksana.

2.    Dampak Amarah

Pertimbangkan dampak yang terjadi jika amarah tidak terkontrol. Hubungan dengan keluarga, saudara, relasi dan yang lainnya dapat merenggang bahkan hancur ketika amarah tidak terkontrol.

Ketika keadaan lebih tenang, pikirkan langkah yang dapat kita ambil dalam suatu masalah.

3.    Jangan berlebihan

Sesuatu yang berlebihan tidaklah baik, apalagi emosi berlebihan saat sedang marah. Ketika sedang marah, cobalah untuk tetap tenang dan berfikir dengan jernih. Jangan bereaksi berlebihan ketika sedang marah. Marah boleh namun dengan wajar, sesuaikan dengan permasalahan yang terjadi.

4.    Berdoa

Dalam marah lakukan doa sesuai dengan kepercayaan agar hati menjadi lebih tenang. Berdoa dapat membantu dalam mengontrol emosi. Kepercayaan terhadap Tuhan dapat membuat diri kuat menghadapi suatu masalah, dan berserah vdiri terhadap hasilnya akan membuat hati senantiasa ikhlas.

5.    Waktu yang tepat

Pahamilah bahwa berteriak dan menangis adalah hal yang wajar ketika sedang marah. Namun ada kalanya untuk kita dapat mengetahui pula waktu yang tepat untuk mengeluarkannya. Jangan asal melampiaskan emosi sesaat yang akhirnya akan disesali dikemudian hari.

Mengendalikan emosi berbeda dengan meredam emosi, meredam emosi adalah membatasi diri untuk mengekspresikan perasaan. Meredam emosi malah dapat berakibat buruk bagi kesehatan seperti kegelisahan, gangguan tidur, tegang, tubuh dirasa tidak sehat, bahkan depresi.

Ada baiknya jika emosi yang berlebihan terus berlanjut, dapat segera berkonsultasi dengan psikolog agar mendapatkan penanganan lebih lanjut.



PENTINGNYA PERAN ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN ANAK

Keluarga/ orangtua berfungsi untuk memastikan bahwa anaknya sehat dan aman, memberikan sarana dan prasana untuk mengembangkan kemampuan seba...